Sebelas Juni, pukul tiga sore.
Kesempatan pendaftaran SNMPTN terakhir untuk saya telah berakhir. Menyesal? Tidak juga. Perasaan malas dan kemauan bangkit saya silih berganti.
Akhirnya saya tidak mencoba.
Mencoba meyakinkan diri, saya harus tetap berada disini. Saya tidak mampu menjangkau dia, bersama dia, bahkan menyetarakan pendidikan saya di universitas yang sama. Berarti dua tahun saya telah mencoba. Entah ini rasa penasaran untuk mengejar dia, entah semata-mata lapar mata dan gengsi karena lulusan SMA saya yang sebagian besar ‘berdarah kuning’. Denguh saya dalam hati, saya akan mencoba mencapaimu dan suatu saat kita akan lulus sebagai dokter sama-sama, kan? Mungkin kita akan bertemu di satu temu sosial dan izinkanlah saya menaruh hati kembali padamu.
Di satu sisi, pikiran saya selalu ingin kembali ke komunikasi. Begitu banyak hal berharga yang saya dapatkan disana. Yang pasti, untuk pertama kalinya saya tidak sendiri. Mereka, teman yang belakangan saya sadari penempatannya lebih layak menjadi sahabat mengajarkan banyak hal. Mungkin saya salah berpikir. Saya ingin kembali bukan hanya karena cocok kuliah di komunikasi, malah saya ingin kembali karena teman-teman itu. Satu setengah tahun telah berlalu. Mungkin mereka telah melupakan saya. mereka telah menjalani hidup masing-masing. Harusnya saya juga. Mencoba jalan dan meraih ilmu komunikasi itu dengan cara saya sendiri. Suatu saat mungkin kita bisa ketemu, dengan kapasitas yang sama dan mungkin dalam suatu team work.
Friends,
I start new life.
Saya coba untuk enggak mendamba masa lalu dan tidak menyiakan masa kini. Saya mencoba sekuat tenaga agar kita bertemu di masa depan.
Saya berusaha mencapai standar kalian supaya kita bisa setara nantinya.
Saya akan berusaha belajar ilmu komunikasi dengan cara otodidak.
Dunia tidak selebar daun kelor kan?
Kita pasti bakal ketemu lagi.
And the point is, I tell you, It’s not good bye, but see you later.