Tampilkan postingan dengan label love. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label love. Tampilkan semua postingan

13 Des 2015

Terus terang, saya tidak habis pikir kenapa ada orang yang mendua dalam hubungannya. Apakah karena bosan atau kebetulan ada kesempatan, sungguh saya tak akan pernah mengerti konsep ini. 

Saya menentang poligami, walaupun Islam pun mengijinkan. Hal ini tetap lebih banyak membawa mudharat bagi pasangannya. Banyak orang yang memutarbalikkan hukum poligami, seakan-akan ini merupakan sunnah rasul yang sangat bisa dijalani. Entahlah, yang pasti yang saya tahu, Rasulullah berpoligami dengan janda-janda tua untuk menyelamatkan kehormatannya. Beda sekali dengan tujuan kebanyakan orang yang berpoligami sekarang. 

Saya juga penentang keras orang ketiga yang tetap flirting pada orang yang sudah punya pasangan. Karena itu, ketika saya berhubungan, saya selalu stay loyal 'till the end dan saya pun menuntut pasangan berlaku sama. 

Pada dasarnya, wanita mana yang mau berbagi cinta? Bullshit sekali kalau Anda menemukan orang yang legowo berbagi. Saya yakin, dia nangis mewek merintil sekejar-kejarnya dalam hati. Ketahuilah, wanita punya ekspresi kekecewaan berbeda-beda yang kadang tidak terlihat.

Beberapa bulan ini, terlalu banyak contoh cheating disekitar saya. Saya tidak habis pikir kenapa banyak laki-laki yang akhirnya berpaling pada cinta yang semu. Kedoknya cinta baru alias nafsu belaka. Apakah sebegitu membosankannya untuk bisa mencintai satu wanita dalam hidup? Kenapa butuh dua atau tiga? Coba dalam Islam ada hukum poliandri, mungkin itu jadinya adil. Tapi saya rasa, wanita cukup emosional dan tahu diri dalam hal mencintai, bahkan tak sampai hati jika mau poliandri atau mendua (exclude wanita jalang ya). Kebanyakan mereka berkomitmen mencintai satu orang, ya hanya satu. Seumur hidup. 

Mengutip Mr. Amari Soul,
“Cheating is never an accident; it is a conscious decision.” 

Hai laki-laki, sebenarnya apa sih yang kalian cari?

NB : Kata 'laki-laki' dalam tulisan ini merujuk pada laki-laki yang tidak pernah puas punya satu cinta.

11 Jun 2010









Sebelas Juni, pukul tiga sore.

Kesempatan pendaftaran SNMPTN terakhir untuk saya telah berakhir. Menyesal? Tidak juga. Perasaan malas dan kemauan bangkit saya silih berganti.

Akhirnya saya tidak mencoba.

Mencoba meyakinkan diri, saya harus tetap berada disini. Saya tidak mampu menjangkau dia, bersama dia, bahkan menyetarakan pendidikan saya di universitas yang sama. Berarti dua tahun saya telah mencoba. Entah ini rasa penasaran untuk mengejar dia, entah semata-mata lapar mata dan gengsi karena lulusan SMA saya yang sebagian besar ‘berdarah kuning’. Denguh saya dalam hati, saya akan mencoba mencapaimu dan suatu saat kita akan lulus sebagai dokter sama-sama, kan? Mungkin kita akan bertemu di satu temu sosial dan izinkanlah saya menaruh hati kembali padamu.

Di satu sisi, pikiran saya selalu ingin kembali ke komunikasi. Begitu banyak hal berharga yang saya dapatkan disana. Yang pasti, untuk pertama kalinya saya tidak sendiri. Mereka, teman yang belakangan saya sadari penempatannya lebih layak menjadi sahabat mengajarkan banyak hal. Mungkin saya salah berpikir. Saya ingin kembali bukan hanya karena cocok kuliah di komunikasi, malah saya ingin kembali karena teman-teman itu. Satu setengah tahun telah berlalu. Mungkin mereka telah melupakan saya. mereka telah menjalani hidup masing-masing. Harusnya saya juga. Mencoba jalan dan meraih ilmu komunikasi itu dengan cara saya sendiri. Suatu saat mungkin kita bisa ketemu, dengan kapasitas yang sama dan mungkin dalam suatu team work.

Friends,
I start new life.

Saya coba untuk enggak mendamba masa lalu dan tidak menyiakan masa kini. Saya mencoba sekuat tenaga agar kita bertemu di masa depan.
Saya berusaha mencapai standar kalian supaya kita bisa setara nantinya.
Saya akan berusaha belajar ilmu komunikasi dengan cara otodidak.

Dunia tidak selebar daun kelor kan?

Kita pasti bakal ketemu lagi.

And the point is, I tell you, It’s not good bye, but see you later.

1 Jun 2010

mencoba netral dan bertampang tegar
meremukkan arti kejujuran
sendiri diam dan jatuh
saya melepasnya
meski terbersit harap-harap mustahil

kini saya berhenti menjaganya.
 

Copyright 2010 a piece of mind.

Theme by WordpressCenter.com.
Blogger Template by Beta Templates.