Saya adalah anak dengan mata minus tinggi.
Bahasa kedokterannya Miopi Gravior (Rabun jauh dimana mencapai lebih dari minus 6D). Dikeluarga, terdapat dua anak yang minus tinggi. Saya dan Giska, adik pertama saya. Minus kacamata kita lomba-lombaan dong. Dia minus 7 dan minus 8, saya minus 8 dan minus 9. Tahun lalu, adik saya sempat ingin operasi lasik. Lalu dia menjalankan program check up pre-lasik di RSCM Kirana. Akan tetapi, ternyata, adik saya nggak bisa lasik pada akhirnya karena pupil matanya terlalu besar dan jika dipaksa tetap lasik, akan memengaruhi pandangannya ketika malam.
Jika diflashback, minus mata saya dari kecil sudah progresif. Bermula dari kelas 3 SD, mata saya mulai minus 2 dan minus 3, itu gara-gara saya suka baca tidur dan dengan jarak yang sangat dekat. Selanjutnya minus mata saya progresif naik dan akhirnya menjadi seperti sekarang. Faktor genetik juga memengaruhi, karena bapak saya juga punya minus sedang.
Banyak kendala yang saya hadapi selama 18 tahun hidup memakai kacamata :
- Meski suka berenang, di dalam air tetap nggak bisa lihat apa-apa
- Mata gampang sensitif dengan matahari, kadang sukar melihat jelas
- Nggak bisa main permainan ekstrim yang bisa membahayakan tekanan mata, karena tekanan mata minus tinggi rata-rata tinggi (bisa ablasio retina)
- Alasan kosmetik, bagaimanapun wanita dengan kacamata itu (untuk sebagian orang seperti saya, mengurangi kecantikan #deh)
- Dalam ketelitian/detail kerja, kurang rapih. Minus tinggi ditambah silinder (astigma) sedikit mengaburkan pandangan ketika mengerjakan sesuatu yang detail.
Tapi Alhamdulillah, bukan berarti tidak bersyukur, dibalik itu semua, saya masih punya mata.
Insya Allah tahun depan saya lasik. Banyak hal yang membuat saya harus lasik, ya karena lima kendala utama diatas. Saya pingin banget belajar surfing atau diving tanpa harus bermasalah dengan mata. Pingin main-main ekstrim. Dan supaya cantik.#eh
Intinya doakan saya tahun depan sukses operasi. Semoga bisa. Amin.
