9 Des 2017

Semua orang punya masalah. 
Dan mereka berjuang menyelesaikan masalah dengan caranya sendiri. 

Beberapa hari yang lalu, saya naik gojek pulang dari klinik. Jaga berturut-turut tiga hari di tempat tiga berbeda. Jaga terakhir ini membuat saya semalaman terjaga. Tak heran, pasien satu demi satu datang dengan jeda waktu yang dekat. Makanya saat pulang naik gojek, saya terantuk-antuk dijalan 
Tiba-tiba pak gojek bertanya, “Neng dokter di klinik itu ya?” 
“Iya pak..saya dokter pengganti disitu..” 
“Banyak banget pasien disitu ya neng?” 
“Iya nih Pak, ini aja tadi malem saya nggak tidur-tidur..pasien datengnya sedikit-sedikit ..ini aja tiga hari saya belum pulang Pak.” 
“Hah, Masa Dok?” “Iya Pak.” 
Sayapun terdiam sebentar dan bertanya lagi. Supaya nggak krik-krik. “Udah tarikan keberapa nih Pak?” 
“Sama Neng yang kesepuluh.” “Wah, berarti udah dapet bonus 50 ribu ya pak? Wah.. hebat!” “Sekarang tarikan ke 15 baru dapet 50 ribu..” 
“Wah capek banget dong kalau begitu…” 
“Iya..saya aja kejar setoran dari pagi baru sepuluh..tapi emang lagi seret nih Neng..” 
“Wah Pak..kita sama-sama kejar setoran juga ya.. semangat ya Pak!” 
“Hahaha..semangat juga Neng!” 

Hmmmm…. Baik profesi dokter bahkan sampai profesi abang gojek pun berjuang dengan kehidupannya masing-masing. 

Di sisi lain, empat adik saya juga punya kesibukan dan dilemanya masing-masing. 

Adik saya yang pertama, dia resign dari kerjaan NGOnya demi merintis usaha makanannya sendiri. Dia tahu bahwa memulai usaha dengan modal minimal itu luar biasa babak belurnya, tapi saya salut dengan dia. Sebagai turunan berdarah minang, aura enterpreneurnya memang tak pernah pudar. Sejak awal 2017, dia mulai membuat usaha rendang yang bumbunya diracik ibu dan mbak saya. Dari proses pembelanjaan bahan, pembuatan, packaging sampai marketing produknya dia urus sendiri. 

Lain lagi cerita adik kedua saya. Dia lulus dengan predikat cumlaude dari institusi pendidikan negeri di Bandung. Setelah lulus, dia take a break for a while. Sama seperti masalah fresh graduate yang lain, dia masih bingung, ‘gue nih mau kemana?’ kini dia sedang mencoba peruntungan kerja di berbagai perusahaan. 

Adik saya yang ketiga sedang berjuang beradaptasi dengan lingkungan barunya sebagai mahasiswa baru di Semarang. Perasaan homesick, menumpuknya tugas kuliah, ditambah dengan tugas ospek yang njelimet membuat dia sedikit stres. 

Si bungsu pun tak kalah pelik hidupnya. Anak SD seperti dia harus belajar dengan kurikulum zaman sekarang, kurikulum yang membuat beban otak anak-anak seusianya makin berat. Setiap harinya dia harus dijejali dengan banyak mata pelajaran yang bahkan saya dulu dapatkan waktu SMP. Luar biasa. Apalagi dia sudah kelas 6 SD, mulailah kita sekeluarga pasang strategi untuk menggembleng dia semua pelajaran supaya bisa masuk ke SMP yang bagus. Tambah beratlah hidupnya dia.. hahaha.. see

Setiap orang punya problematikanya masing-masing.  
The Struggle is So Da*n Real!

Kita berjuang setiap harinya. Cuma satu hal yang bisa kita lakukan untuk menyelesaikan semua masalah yang ada, Dengan Melaluinya. Dan berpikir positif bahwa apapun hasil yang terjadi di masa depan, semua akan baik-baik saja. Jadi di masa sekarang, lakukan semua hal dengan usaha terbaikmu  and Let God decide it.

The struggle is real, even for every human in this world 
But we can make it, just passing it.
 

Copyright 2010 a piece of mind.

Theme by WordpressCenter.com.
Blogger Template by Beta Templates.