Ismail Marzuki merupakan seorang Komponis Besar Indonesia. Ismail Marzuki yang lahir pada tahun 1914 telah memulai karir musiknya sejak usia 17 tahun. Mendengar karya musikus yang satu ini, tentunya kita tak bisa lupa lagu-lagu Indonesia ciptaannya yang terkenal seperti
Halo-Halo Bandung, Indonesia Pusaka, Rayuan Pulau Kelapa, dan
Wanita. Banyak yang tak tahu bahwa dia telah mengarang hampir kurang lebih 300 karya yang telah didokumentasikan oleh anaknya sendiri, Rachmi Aziah. Karyanya telah dikenal luas dan dianggap berjasa dalam dunia permusikan Indonesia. Namanya pun diambil menjadi nama salah satu pusat seni di Jakarta, Taman Ismail Marzuki.
Pada 13 Januari 2019 lalu, saya diberikan kesempatan sebagai
blogger untuk menyaksikan suatu konser musik bertemakan
Millennial Marzukiana yang diadakan di
Ciputra Artpreneur Theater Jakarta. Dari namanya, kita sudah bisa menyimpulkan bahwa konser ini mengusung karya-karya musik dari Ismail Marzuki. Acara ini merupakan konser amal hasil kolaborasi dari pihak KAYA.ID yang menggandeng
pianist dan komposer kenamaan Indonesia, yang tak lain adalah Ananda Sukarlan.
Wait, Ananda Sukarlan?
Pucuk dicinta ulam pun tiba!
Dia adalah orang yang dari dulu ingin saya dengar langsung karyanya.
Singkat cerita, beliau ini merupakan
pianist favorit ibu saya. Dari kelas 4 SD, ibu meminta saya untuk les piano musik klasik. Mereka pecinta segala jenis musik dan ingin anaknya menguasai minimal satu alat musik. Dari kecil, saya selalu dibilangi begini. “Tuh Ghe, jadi pianis kayak dia. Keren!” Sayangnya saya harus berhenti les piano saat SMA karena bosan dan ingin fokus ke pendidikan formal.
Ini kesempatan emas yang tak boleh dilewatkan. Kapan lagi nonton konser musiknya Ananda Sukarlan? Sebelum berangkat nonton, saya bahkan memanas-manasi ibu karena saya yang akhirnya bisa nonton
live pianist favoritnya.
Tepat pukul 4 sore, konser musik ini dimulai.
Acara dibuka dengan musik dari
Opera Erstwhile dimana Ananda Sukarlan berkolaborasi dengan dua musikus milenial yang masih berusia 20an, Mariska Setiawan dan Aryo Pradhita. Perpaduan suara antara
soprano dan
tenor pada lagu ini selaras dan membuat saya terkagum sekaligus merinding saat mendengarnya.
Mulai dipertengahan acara, Ananda Sukarlan mulai memainkan musik Indonesia. Saya sangat terkesan ketika orkestra musik mengiringi cerita tentang Malin Kundang. Sang narator yang membawakan cerita si Malin Kundang, Handry Satriago, sangat menjiwai dan ekspresif dalam bercerita. Narasi ini makin apik karena dipermanis dengan pengantar musik yang mampu menggugah perasaan penonton sehingga inti cerita benar-benar tersampaikan. Lagu nostalgia sewaktu saya kecil juga dimainkan sebagai
backgroundnya,
Gelang Sipaku Gelang. Saya selalu menyanyikan lagu ini ketika pulang dari taman kanak-kanak dulu. Lagu yang juga berasal dari Sumatra Barat ini digubah dan dimainkan dalam irama musik yang bevariasi sesuai suasana.
Setelah
intermission, Ananda Sukarlan Orkestra mulai memainkan
Concerto Marzukiana no. 2. Lagu-lagu terkenal dari Ismail Marzuki mulai dimainkan dari
Wanita, Gugur Bunga, dan
Halo-Halo Bandung. Alunan musik ini diperkaya oleh alunan biola dari Finna Kurniawati. Selanjutnya, dalam
Concerto Marzukiana no. 3, lagu
Melati di Tapal Batas dinyanyikan oleh orkestra bersama Jessica Sudharta, sang harpis muda berbakat dari Surabaya.
Concerto Marzukiana no. 1 menjadi lagu yang terakhir dimainkan.
Medley Selendang Sutra dan
Indonesia Pusaka dimainkan dengan anggun dan penuh khidmat. Saya selalu terharu jika lagu kebangsaan ini diputar. Rasa nasionalisme terhadap Indonesia seakan tergugah untuk bangkit. Tak terasa mata saya berkaca-kaca dan hati saya penuh saat mendengarkan
Indonesia Pusaka. Permainan orkestra ini menjadi lebih cantik karena diiringi musik piano Anthony Hartono, sang
pianist muda berbakat yang masih berumur 23 tahun.
Konser tersebut sukses dihadiri oleh banyak pihak duta besar dari 12 negara dan hadir juga tamu kehormatan, Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Retno Marsudi. Dengan adanya konser “
Millennial Marzukiana”, sebuah karya anak bangsa dari Ananda Sukarlan, diharapkan masyarakat utamanya generasi zaman sekarang dapat lebih mengenal karya musikus Indonesia, salah satunya Ismail Marzuki.
Semoga dengan mengenal dan mencintai musik Indonesia, rasa nasionalisme kita semakin besar dan kita makin mencintai Indonesia.