3 Okt 2012

Seperti biasa, sebelum menunaikan haji wisuda, mahasiswa kedokteran tingkat 3 harus mengikuti Kuliah Kerja Nyata. Kalau di FK, kita bisa memilih KKN profesi dimana gabung sama teman-teman kesehatan atau KKN reguler dimana kita digabung sama disiplin ilmu lain diluar kesehatan. Kenyataan memilih 2 jenis KKN ini tentu saja kontradiktif mengingat SK Rektor Unhas sejak tahun ini hanya melegalkan KKN yang diselenggarakan oleh UPT KKN, yakni KKN Reguler. Otomatis, KKN profesi harusnya tidak berlaku lagi. Terkecuali beberapa fakultas yang katanya masih ‘keras kepala’ untuk menyelanggarakan KKN profesi salah satunya FK. Ini masalahnya, banyak pendapat yang kurang mengenakkan yang saya dapat ketika saya tiba-tiba berpindah dari KKN profesi menjadi KKN reguler nasional ke Sebatik. 

Awalnya, saya sudah mendaftar KKN profesi ke Jeneponto dan sudah mengikuti segala lala-lilinya. Sudah sampai di kantor kecamatannya, tiba-tiba dapat telepon dari fakultas untuk dimita kesediannya menjadi perwakilan FK untuk mengikuti KKN ke perbatasan pulau Sebatik. Dan dengan dongdongnya, langsung meng-iya-kan. Bukan keputusan yang disesali juga sih, meski banyak untung-ruginya. H-3 menuju Sebatik, kami mulai mendapat pengarahan dari dosen, supervisor, maupun UPT KKN. Karena banyak yang tahu kami sebenarnya berasal dari KKN profesi, kami dapat beberapa ‘nasihat’ selama pengarahan di UPT. Dari petinggi UPT, dosen luar FK yang ditemui, sampai supervisor merasa KKN profesi itu lebih banyak mudaratnya. Alasan yang paling sering saya dengar karena KKN profesi itu isinya orang-orang kesehatan manja yang kerjanya cuma ngerepotin warga. Yang kedua, karena kami cuma bergaul di lingkungan sesamanya saja sehingga lebih menutup diri dan tidak bergaul dengan fakultas lain. Sebetulnya alasan ini saya rasa subjektif dan totem pro parte sekali. 

Setelah mengikuti KKN di Sebatik, saya baru menyadari kalau KKN profesi dari sisi saya sebagai anak kesehatan malah jauh lebih bermanfaat bagi anak profesinya maupun masyarakatnya sendiri. kalau alasannya cuma begitu kan tinggal dibikin aturan saja dalam KKN profesi supaya kita tidak dianggap merepotkan warga. KKN profesi khususnya kesehatan jauh lebih bagus diadakan karena ini melatih kita untuk bekerja bersama teman sejawat agar pelayanan kesehatan juga maksimal. Dalam teknisnya, program kerja KKN kesehatan pun jadi lebih terarah karena didukung oleh SDM mahasiswa kesehatan yang banyak. Hal ini cenderung susah didapatkan di KKN reguler yang notabennya cuma 1-2 orang kesehatan yang ditempatkan dalam satu posko dan tentu saja tumpang tindih dengan program kerja mahasiswa KKN seposko yang lain. 

Intinya, KKN profesi masih lebih bagus daripada KKN reguler menurut saya. 

Bagaimana dengan Anda? 
Sayangnya, tahun depan pihak universitas akan meregulerkan KKN 100% -,-“
 

Copyright 2010 a piece of mind.

Theme by WordpressCenter.com.
Blogger Template by Beta Templates.