28 Mei 2013

Empat tahun yang lalu, makassar menjadi daerah yang asing bagi gue. Gue yang selama ini sekolah cuma sekitaran komplek (secara, al-azhar ada di komplek) atau di jakarta timur, akhirnya harus beradaptasi di pulau antah berantah, they called that ‘South Sulawesi’ alias Makassar. Tidak ada alumni 61 yang terdampar disini. Automatically, I have to make a friends with surroundings. Gue bertemu mereka saat semester satu, akhirnya jadi teman jalan tanpa nama genggong. Inilah Dian, Dewi, dan Fifah. Cuma satu kesamaan yang kami miliki, sama-sama outsider di Makassar. Kesamaan yang lain tidak gue temukan karena aseli, kita emang beda-beda. So, gue mau kenalin siapa aja temen-temen deket di Makassar.

Dian.
Meski Dian orang Bau-Bau (satu daerah di Sulawesi Tenggara), dia besar di Kupang. Dia seumuran dengan adik ketiga gue, Kenapa bisa? Aksel dua kali udah bisa membuat Anda masuk ke bangku sekolah dua tahun lebih cepat. She’s the youngest member di teman sepermainan, and that remain me that I’m the oldest people. >_<. Kalau bisa dideskripsiin, orangnya pinter, cool, dan cuek. Kadang di saat-saat tertentu, dia jadi si muda yang berpikiran dewasa.

Dewi.
Dewi asli orang Lamongan, tapi keluarganya sudah pindah ke Sulawesi sejak dia kecil, jadi dia jarang pulang kampung. Diantara kita berempat, kayaknya yang kentara paling bureng belajarnya yah ini dewi (siapa yang gak setuju dengan statement ini?) Ngakunya gak belajar, tapi gue yakin pasti belajar dirumah tuh,hehe. Paling rajin dan telaten. Kebalikan gue banget ._. Dia anak seni sama kayak gue, tapinya nyeni gambar, satu-satunya nyeni yang gue gak bisa!

Fifah.
Sama kayak gue, anak perantauan jawa yang kelempar kesini gara-gara gak diterima dipilihan pertama. Anak yang lemah geografi, jadi dia kira Makassar ada di Sumatera dan deket kalo pulang ke Jawa, jadi dia milih itu. Dia baru sadar itu bukan di Sumatera pas dia keterima di Unhas. Hahaha! Bicara tentang sifat, kalo gue orang yang paling sering kemana-mana sendirian, dia kebalikannya. Dia terjabe dan lebih suka ngelakuin semuanya bareng-bareng, alias gak suka sendirian. Termasuk anak yang ‘logikanya jalan’, definisikan sendiri apa maksudnya!

Entah kenapa kita sampai sekarang akrab. Dan gue yang paling jarang hang-out sama mereka. Sepanjang hari pas kuliah gue punya kesibukan sendiri, ngilang entah kemana, apalagi pas tahun ketiga preklinik. I’m so messed up and uncontrolled! Dan gue satu-satunya yang gak berkerudung dan sama sekali gak agamis. Solat diingetin aja, manggut-manggut doing, bilang m-m-m terus alias Males.  Tapi untungnya, mereka masih tetep bisa fine pas jalan sama gue. Selama kita berteman, kayaknya kita nggak ada yang nge-judge atau berantem satu sama lain. Cuek dan saling nerimo apa adanya. That’s why I thank God, I have friends like them who always support me after almost 4 years being together in Makassar. I hope we’ll be success together and still keep in touch after years and years.

teman sepermainan tanpa nama genggong

Bukan hanya sebagai teman sejawat, tapi juga sebagai teman dekat.

Love you guys! (kinda of weird if I say girls. yaks!)

(PS : kalau tokoh dalam cerita diatas baca postingan ini, harap dimaafkan atas pelabelan yang mungkin tidak berkenan di hati anda dan tolong jangan terlalu kegeeran setelah baca dua kalimat terakhir dari postingan. Terima kasih)
 

Copyright 2010 a piece of mind.

Theme by WordpressCenter.com.
Blogger Template by Beta Templates.