5 Jun 2015

Nama panjangnya adalah Maryam Lestaluhu. Dia adalah ibu dari ibuku. Sebulan yang lalu dia baru saja meninggal. 

Sesungguhnya, banyak sekali kenangan tentang nenek yang ada dipikiranku. 
     
   Aku ingat saat dia mewajibkanku untuk selalu khatam al-quran setiap bulan puasa. Mengingat saat dia mengurungku dengan sengaja demi menghafal mati perkalian. Memotivasiku untuk lomba minum susu bersama adik-adik dengan iming-iming permen jahe. Memarahiku karena selalu lupa shalat. Lebih membelaku didepan mama dan papa. Tampaknya yang kutulis ini sungguh masih secuil dari apa yang nenek pernah beri kepadaku. 

    Kalau kutanya apa resep dari umur panjang dan ingatannya yang masih sangat pekat itu, dia selalu berkata semua didapatnya karena rajin shalat. Aku ingat janji terakhirnya yang mau mengajari masak semur daging yang enak. Dan aku juga ingat saat terakhir kita tertawa. Dia menertawai rambutku yang baru saja kucat pirang coklat, dia bilang aku bak orang papua. 

Aku tak mengira itu tawa terakhirnya. Dan sehari setelah itu, aku pulang dan kukira semua baik-baik saja. 

   Lalu aku kembali bertemu dengannya di ICU. Dengan lemah, pasi, ingin membolak balik badannya. Kubilang jangan bergerak. Kugenggam tangannya dan membisikkan sedikit zikir kepadanya. Tak lama, aku pergi. Aku kira semua akan baik-baik saja. Tiba-tiba dia pergi dan aku belum bisa membalas apa-apa. 

    Tanpa janji shalatku yang bakal sempurna, tanpa iming-iming hari wisuda sebentar lagi, tanpa buku yang dia selalu minta aku ketikkan ulang, dan sungguh, terlalu banyak tanpa. Terlalu banyak hal yang belum tersampaikan, dan sampai sekarang menurutku kau belum pantas untuk meninggal. Karena aku belum sampai membalasmu. Dan anak-anakmu pun merasa begitu. 

    Dan sampai pada akhirnya kami harus ikhlas, itu hal yang susah kami lakukan. Dan kini kau berada di alam sana. Berbahagialah nek. Hiduplah dengan tenang nek. Saya selalu mendoakanmu dalam sujud terakhirku. Dan tolong doakan aku juga supaya dapat menyelesaikan utang ‘tanpa-tanpa’ ini sehingga jika bertemu lagi, kita akan impas dan kau tentunya akan bangga kepadaku. 

Terima kasih atas semua-muanya. 

Cucu tertuamu, Ghea Arifah Shabrina Saputra
 

Copyright 2010 a piece of mind.

Theme by WordpressCenter.com.
Blogger Template by Beta Templates.