12 Jul 2016

Rumah adalah tempat pulang ternyaman yang dirindukan seorang perantau. 
Banyak hal mustahil yang cuma bisa dilakukan kalau saya dirumah.
1. 19 jam tidur non-stop
2. Makan makanan mbak yang enak + request makanan yang mau dimakan besok
3. Tidur sama tiga adek dalam satu tempat tidur kayak pepes
4. Gigit badannya sibungsu kesayangan, saking gemesnya
5. Jalan-jalan sama si bebek mio keliling bekasi

Lucunya beberapa tahun ini, saya selalu berpikir untuk tidak pulang. Kenapa? karena sudah kurang lebih delapan tahun saya tidak berdomisili dirumah, menjadi manusia perantau diluar sana, absen dari segala apa yang terjadi ada dirumah. Kadang saya merasa Im being left. Di rumah, adik-adik yang sebaya dengan saya sedang menikmati dunianya masing-masing. Mereka passionate dengan cerita-cerita kehidupannya. Seketika saya merasa tertinggal. Seakan-akan hidup saya tidak terasa maju. Saya kembali sadar penuh bahwa saya dibelenggu pendidikan kedokteran yang amat berbeda dengan pendidikan non-kedokteran lainnya. Mau tak mau personal life saya tidak jauh-jauh dari itu semua.
Ah, kadang saya merasa monoton sekali hidupku  -.-

Tapi agak berbeda dengan tahun ini. Saya beneran mau pulang. Kebetulan karena jadwal poli di rs enrekang ketika idul fitri libur 1 minggu dan saya rasa bakal krik-krik kalau stand by sendirian di asrama, saya memutuskan pulang. Tahun ini, saya memutuskan untuk lebih terbuka dan menyikapi perubahan dengan lebih enjoy. Kehidupan rumah selama saya tidak ada, kehidupan adik-adik saya, keadaan mama dan papa saya, saya coba mendalami apa yang terjadi selama ini. I try to change mindset so home is not a word that makes me creepy in this age. hahaha

Pikiran malas ditanya-tanya pas lebaran juga saya mulai sikapi dengan tenang. Adik-adik yang punya pacar duluan, lakinya dibahas satu-satu sama keluarga. Pas saya ditanya, udah ada yang deket? Mana pacarnya? Saya senyum, “Coba buka gugel, ketik afgan, itu pacar saya sekarang. Dia lagi sibuk persiapan konser sekarang.” Seketika semua ketawa. Hahaha. Saya orangnya memang tidak bisa serius. Kadang pertanyaan-pertanyaan menjebak seperti ini cuma perlu dibalas dengan air tuba..  unsur jawaban komedi.

Adalagi yang nanya kapan kerudungan? Bukannya udah janji mau berhijab? Saya senyum saja, "Saya nggak pernah janji apa-apa tante. Doain aja biar dapat hidayah tan. Amin."

Sometimes, ada saatnya ego saya cukup tinggi, ngerasa nggak butuh rumah untuk pulang. Pikiran itu kadang tercipta kalau lagi ngefly-ngeflynya traveling atau ego hidup mandiri saya lagi tinggi. Tapi kalau sudah sampai di antiklimaks, ya tiba-tiba kangen lagi, saya butuh tempat pulang, ya rumah.

Bagi perantau atau pejalan kayak saya, rumah adalah persinggahan pulang, tempat melepas penat dan lelah,   tempat yang dapat menerima kamu apa adanya dengan tangan terbuka. Rumah adalah tempat yang netral ketika kamu punya masalah, tempat dimana kita bisa menjadi diri sendiri tanpa harus merasa terhakimi. Jadi pulanglah wahai para perantau kalau masih ada waktu untuk pulang. Toh kamu nggak tahu, mungkin ini jadi  lebaran terakhir kamu atau orang terdekat kamu. We'll never know what's going on next.

So, this Lebaran day, I’m glad to be home. 
Oiya, ijinkan saya mengucapkan Selamat Idul Fitri, Minal Aidin Wal Faidzin, mohon maaf lahir dan batin.

Kami mengucapkan Selamat Hari Raya. Mohon Maaf Lahir dan Batin! :)
(fotonya kurang papa yang masih asik pergi itikaf)

Mama dan dayang-dayangnya. We love you, Mom!

Ketika The Sisters 3G berkumpul! 
 

Copyright 2010 a piece of mind.

Theme by WordpressCenter.com.
Blogger Template by Beta Templates.