22 Okt 2018

Setelah kabur beberapa saat untuk traveling ke padang, kampung sepertiga dari leluhur, akhirnya masuk juga saya ke arena dunia klinik dari perjalanan pendidikan jadi dokter. Jadi koas. KOASISTEN. Jadi kalo dari bahasanya, kita asisten dari asisten. Njelimet ya? Jadi perumpamannya begini, ibaratnya konsulen/spesialis punya asisten yaitu dokter jaga/residen spesialis. Nah kita asistennya si dokter jaga/residen. It means, kita kasta terbawahnyalah. Maklum, pembelajaran itu selalu mulai dari yang paling bawah, jadi setiap dokter pasti ngalamin masa ini. 

Back to topic, bagian radiologi ini merupakan bagian pertama saya dalam dunia koas. Ini merupakan pengalaman pertama. Feeling excited but also thrilled in the same time! Saya langsung dapat jackpot tugas jadi chief koas. Ini karena nama saya di urutan pertama. Sial! Tapi karena itulah saya dapet penguji baik. Semua ada hikmahnya. Hahaha. Selama kurang lebih 4 minggu kami harus mempelajari gambaran radiologis dari badan manusia yang difoto. 

Apa yang dikerja sebagai koas radiologi? Minggu pertama, setiap harinya, kita bak koas odong-odong masuk-masuk ke ruangan foto liat foto roentgen yang sedang dibaca residen. Lucunya, semakin dilihat foto-foto itu, semakin banyak kemungkinan penyakit yang kita dapat. Mata kita jadi jereng dan beleng beneran! 

Jadi dokter radiologi itu tidak gampang loh! Mereka lebih dari sekadar pengamat foto. Mereka belajar bagaimana cara mengambil foto yang baik, menyocokkan klinis penyakit dengan gambaran foto, bahkan harus paham anatomi menyeluruh untuk menentukan apakah foto itu normal atau patologis. Jadi tak sesimpel yang dibayangkan. 

Minggu kedua dan ketiga saya habiskan untuk pembuatan referat (laporan ilmiah) untuk dokter konsulen. Kami pun digilir ke stase radiologi rs lain. Minggu kedua saya pindah ke RS X. Ini pertama kalinya saya nginjekin kaki di rs ini. RS X yang (maaf) higienitasnya dipertanyakan. Bahkan koas pun tak ada yang berani makan dikantin RSnya. Kami-kami ini memilih makan diluar atau bawa makanan saja. 

Hari Senin jam 7 pagi teng saya sudah harus disini. Memasuki stase radiologi RS ini sudah tercium bau-bau aneh yang menusuk hidung didekat ruang radiologi. Konon katanya ini bau tikus mati yang gosong karena diroentgen. Hahaha. Selanjutnya, kamipun harus ketemu dokter bagian ini untuk melapor. Dokter ini khas sekali dengan kalimat bicaranya yang pakai kata "Haiyyaaa..haiyyaaa..haiiyyyaaa". Beliau sudah sepuh, suka ngetes, tapi rajin ngajar. Saya malah suka dokter yang kayak gini. Satu minggu disini ilmu saya baca xray meningkat pesat. 

Minggu keempat kami habiskan dengan menyelesaikan referat dan ujian. Untungnya penguji saya malaikat. Saya lulus dengan mulus. Lain dengan nasib teman saya. Dia dapet penguji yang memang benar benar harus ditunggu. Ngasih ujian sesuai moodnya. Konon katanya, posisi konde dirambutnya menentukan mood ngasih ujiannya. Hahaha. Akhirnya dia menunggu 1 minggu untuk bisa ujian sama konsulen sehingga stase radiologinya prolonged jadi lima minggu. Hmmm, sometimes coass life is about luckiness too. Ya, untungnya pengujinya yang rempong pas sebanding dengan level kepintaran coassnya. Temen saya akhirnya lulus juga. 

Di akhir ujian bagian, kami disuruh datang jam 5 subuh untuk ujian foto. Saya rela begadang demi membangunkan anak- anak yang lain. Dan lucunya berakhir dengan saya yang ketiduran dan akhirnya ditelponin berpuluh puluh missed call 😆 hahaha 

And, Voila!!! Hasil ujian pertama saya A. 
Alhamdulillah! 
Itulah sekelumit perjalanan tentang stase pertama saya. 
Cerita-cerita yang lain nyusul ya. 
Masih banyak hal hal yang saya dapatkan sebagai mahasiswa kedokteran membuat saya belajar tentang arti kehidupan. Ceileh. 
So, see you!
 

Copyright 2010 a piece of mind.

Theme by WordpressCenter.com.
Blogger Template by Beta Templates.